Jumat, 03 September 2010

REVOLUSI CINTA

Jatuh cinta ibarat puisi. Tentu saja, Anda bisa menganalisisnya dan menjelaskan beragam arti dan maksudnya, tetapi selalu saja ada sesuatu yang tertinggal, melayang-layang secara misterius di antara musik dan makna.


                             -------MURIEL SPARK-------


Cinta. Satu penggal kata yang selalu membuat susah yang memahaminya. Cinta seumpama samudra yang tak habisnya diselami. Semakin jauh ke dalam semakin terasa pekat, sesak, dan semakin bingung. Sampai kapan cinta itu menyesatkan? Entahlah.... hanya para pecinta yang tau.

Cinta adalah selembar kanvas dihiasi keindahan panorama alam dan bersulam keindahan imajinasi (Voltaire).

Cinta adalah hasrat untuk bersama, bukan perasaan semata, tapi dari kita seutuhnya (Persi Bisshe Shelley).


Cinta bukanlah rintihan pilu biola nun jauh di sana, cinta adalah sorak kemenangan jerit-jerit ranjang (S. J. Perlman).


Secara gamblang setiap orang bisa mendefinisikan cinta. Tak ada yang melarang atau hukum yang mengekang. Cinta yang kita punya terus berkarat, semakin lama semakin pudar. Tak ada lagi sentuhan cinta yang membuat setiap orang menjadi pujangga, malam-malam indah yang penuh makna yang mendampingi kita, tak ada lagi kisah Yusuf – Julaikha yang memesona. Cinta hanya permainan tangan-tangan kotor saja, hilang bening keindahan di dalamnya. Kemana cinta kita? cinta para nabi, cinta para sufi, cinta para pujangga – cinta bukan sekedar kata-kata indah,... cinta bukan sekedar buaian, belaian, peraduan -.


Pecinta yang melakukan kekeliruan bukanlah pecinta sejati, dia yang terus menunggu dan melakukan revolusi adalah sebaik-baik pecinta sejati.


Cinta adalah kejujuran, ketulusan dan kesetiaan. Cinta sejati adalah kesucian yang harus dijaga. Cinta semestinya berhulu iman, bermuara takwa dan kebersihan jiwa.

                 ------ IBNU HAZM El ANDALUSY ------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

how?